Friday 23 October 2015

Keutamaan Bulan Muharram dan 10 Muharram atau hari Asyuro

Keutamaan Bulan Muharram dan 10 Muharram atau hari Asyuro
Keutamaan Bulan Muharram
Nabi Muhammad Saw bersabda,
"Ibadah puasa yang paling baik
setelah puasa Ramadan adalah
berpuasa di bulan Muharram."
Meski puasa di bulan Muharram
bukan puasa wajib, tapi mereka
yang berpuasa pada bulan
Muharram akan mendapatkan
pahala yang besar dari Allah
Swt. Khususnya pada tanggal 10
Muharram yang dikenal dengan
hari 'Asyura.
Ibnu Abbas mengatakan, ketika
Nabi Muhammad Saw hijrah dari
Makkah ke Madinah, beliau
menjumpai orang-orang Yahudi
di Madinah biasa berpuasa pada
tanggal 10 Muharram. Menurut
orang-orang Yahudi itu, tanggal
10 Muharram bertepatan dengan
hari ketika Nabi Musa dan
pengikutnya diselamatkan dari
kejaran bala tentara Firaun
dengan melewati Laut Merah,
sementara Firaun dan tentaranya
tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi
Muhammad Saw mengatakan,
"Kami lebih dekat hubungannya
dengan Musa daripada kalian"
dan langsung menyarankan agar
umat Islam berpuasa pada hari
'Asyura. Bahkan dalam sejumlah
tradisi umat Islam, pada awalnya
berpuasa pada hari 'Asyura
diwajibkan. Kemudian, puasa
bulan Ramadhan-lah yang
diwajibkan sementara puasa
pada hari 'Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah
mengatakan, "Ketika Rasullullah
tiba di Madinah, ia berpuasa
pada hari 'Asyura dan
memerintahkan umatnya untuk
berpuasa. Tapi ketika puasa
bulan Ramadhan menjadi puasa
wajib, kewajiban berpuasa itu
dibatasi pada bulan Ramadhan
saja dan
kewajiban puasa pada hari
'Asyura dihilangkan. Umat Islam
boleh berpuasa pada hari itu jika
dia mau atau boleh juga tidak
berpuasa, jika ia mau." Namun,
Rasulullah Saw biasa berpuasa
pada hari 'Asyura bahkan setelah
melaksanakan puasa wajib di
bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas'ud
mengatakan, "Nabi Muhammad
lebih memilih berpuasa pada hari
'Asyura dibandingkan hari
lainnya dan lebih memilih
berpuasa Ramadhan
dibandingkan puasa
'Asyura." (HR Bukhari dan
Muslim). Pendek kata,
disebutkan dalam sejumlah
hadist bahwa puasa di hari
'Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan
agar puasa hari 'Asyura diikuti
oleh puasa satu hari sebelum
atau sesudah puasa hari
'Asyura. Alasannya, seperti
diungkapkan oleh Nabi
Muhammad Saw, orang Yahudi
hanya berpuasa pada hari
'Asyura saja dan Rasulullah ingin
membedakan puasa umat Islam
dengan puasa orang Yahudi.
Oleh sebab itu ia menyarankan
umat Islam berpuasa pada hari
'Asyura ditambah puasa satu hari
sebelumnya atau satu hari
sesudahnya (tanggal 9 dan 10
Muharram atau tanggal 10 dan
11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam
disarankan untuk banyak
bersedekah dan menyediakan
lebih banyak makanan untuk
keluarganya pada 10 Muharram.
Tradisi ini memang tidak
disebutkan dalam hadist, namun
ulama seperti Baihaqi dan Ibnu
Hibban menyatakan bahwa hal
itu boleh
dilakukan.
Legenda dan Mitos Hari 'Asyura
Meski demikian banyak legenda
dari salah pengertian yang terjadi
di kalangan umat Islam
menyangkut hari 'Asyura,
meskipun tidak ada sumber
otentiknya dalam Islam.
Beberapa hal yang masih
menjadi keyakinan di kalangan
umat Islam adalah legenda
bahwa pada hari'Asyura Nabi
Adam diciptakan, pada hari
'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan,
pada hari 'Asyura Allah Swt
menerima tobat Nabi Ibrahim,
pada hari 'Asyura Kiamat akan
terjadi dan siapa yang mandi
pada
hari 'Asyura diyakini tidak akan
mudah terkena penyakit. Semua
legenda itu sama sekali tidak
ada dasarnya dalam Islam.
Begitu juga dengan keyakinan
bahwa disunnahkan bagi mereka
untuk menyiapkan makanan
khusus untuk hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan
kesucian hari 'Asyura dengan
kematian cucu Nabi Muhmmad
Saw, Husain saat berperang
melawan tentara Suriah.
Kematian Husain memang salah
satu peristiwa tragis dalam
sejarah Islam. Namun kesucian
hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan
dengan
peristiwa ini dengan alasan yang
sederhana bahwa kesucian hari
'Asyura sudah ditegakkan sejak
zaman Nabi Muhammad Saw
jauh sebelum kelahiran Sayidina
Husain. Sebaliknya, adalah
kemuliaan bagi Husain yang
kematiannya dalam pertempuran
itu bersamaan dengan
hari 'Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah
lainnya tentang bulan Muharram
adalah kepercayaan bahwa
bulan Muharram adalah bulan
yang tidak membawa
keberuntungan, karena Husain
terbunuh pada bulan itu. Akibat
adanya anggapan yang salah ini,
banyak umat Islam yang tidak
melaksanakan pernikahan pada
bulan Muharram dan melakukan
upacara khusus sebagai
tanda ikut berduka atas
tewasnya Husain dalam
peperangan di Karbala, apalagi
disertai dengan ritual merobek-
robek baju atau memukuli dada
sendiri.
Nabi Muhammad sangat
melarang umatnya melakukan
upacara duka karena
meninggalnya seseorang dengan
cara seperti itu, karena tindakan
itu adalah warisan orang-orang
pada zaman jahiliyah.
Rasulullah bersabda, "Bukanlah
termasuk umatku yang memukuli
dadanya, merobek bajunya dan
menangis seperti orang-orang
pada zaman jahiliyah."
Bulan Pengampunan Dosa
Bulan Muharram adalah bulan
pertama dalam sistem kalender
Islam. Kata Muharram artinya
'dilarang'. Sebelum datangnya
ajaran Islam, bulan Muharram
sudah dikenal sebagai bulan suci
dan pada bulan ini dilarang
untuk melakukan hal-hal seperti
peperangan dan pertumpahan
darah.
Seperti sudah disinggung di atas,
bahwa bulan Muharram banyak
memiliki keistimewaan.
Khususnya pada tanggal 10
Muharram. Beberapa kemuliaan
tanggal 10 Muharram antara lain
Allah Swt akan mengampuni
dosa-dosa setahun sebelumnya
dan setahun ke depan. E

No comments:

Post a Comment